Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas

oleh -1,801 views
oleh

PURJIANTO.WEB.ID, Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas – Banyak para sufi yang mensyairkan tentang keindahan air secara hakekat melalui kata-kata bijak yang sering kita dengar sampai saat ini.

Kita akan membahas tentang Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas.

Seperti yang kita ketahui, air tidak pernah mengalir keatas yang bila kita kupas mungkin tidak akan cukup 1 atau 2 hari dalam pembahasan ini.

Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas menurut pandangan pribadi saya

“Kita jangan melihat sesuatu yang mana itu bukan takaran kita”

Boleh kita melihat keatas namun seperti percikan air terjun yang dengan deras dan tingginya mengakibatkan percikan namun dia akan kembali kebawah lagi

Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas
Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas

Pemikiran dan sudut pandang kita bisa belajar dari air, apapun yang membelah air entah itu pedang atau kayu yang besar, air akan kembali berkumpul lagi.

Bisa kita artikan jika kita harus selalu yakin cobaan itu hanya sementara dan kita harus berjalan seperti sedia kala.

Tidak akan mampu sebilah pedang membelah air dan tidak akan mampu sebatang pohon yang tumbang memisahkan air

Tidak akan mampu sebilah pedang membelah air dan tidak akan mampu sebatang pohon yang tumbang memisahkan air.

Kita harus berfikir positif dan perlu ketenangan dalam menjalani kehidupan ini.

Belajar dari air yang tidak pernah melihat keatas

Air berperan penting dalam tubuh manusia, dalam tubuh bayi terdapat 80% air.

Ssedangkan untuk orang dewasa sebanyak 70% dan untuk orang yang sudah lanjut usia sekitar 50%.

Dari tubuh kita saja kita bisa belajar banyak makna tentang air.

Dari penjelasan air yang ada di tubuh manusia yang artinya kita jangan pernah melihat kekurangan dan kelebihan dari satu manusia dengan manusia yang lain

“Urip iku sawang sinawang” artinya “Hidup itu saling pandang memandang”.

Kita berfikir orang kaya itu nyaman dan orang kaya memandang orang miskin juga nyaman (dalam makna duniawi).

Semua sudah ada “maqom” atau kedudukannya masing-masing, dan kita tidak akan bisa pada kedudukan orang lain.

Entah itu dalam segi agama ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Yang bisa kerucutkan dalam pepatah jawa “Ojo ngumunan” yang artinya jangan mudah heran atau kagum dalam menjalani kehidupan ini.

Jangan mudah kagum terhadap sesuatu yang baru atau sesuatu yang membuat kita lengah dalam menjalani kehidupan.

Karena didunia ini sudah ada tatanan tersendiri dan kita tinggal menjalaninya sesuai kodrat dan iradat yang sudah dititipkan kedalam tubuh kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.