Mengupas makna “Mengikuti arus kehidupan”

oleh -1,286 views
oleh

PURJIANTO.WEB.ID, Sudut Pandang Sangatta Kutai Timur – Mengupas makna “Mengikuti arus kehidupan”, kata tersebut sangat sering kita dengar, baik dari orang tua, bahkan teman kita sendiri yang mengucapkan kata tersebut, bahkan kata “Mengikuti arus” menjadi kata “Sakti”, ketika sudah tidak ada lagi jawaban, yang bisa kita berikan kepada orang lain.

Kata “Arus” dan “Aliran” memiliki makna yang  hampir sama, tapi jika kita dalami lagi memiliki perbedaan tersendiri.

Mengupas makna "Mengikuti arus kehidupan"

Mengupas makna “Mengikuti arus kehidupan”

Makna Arus.

Arus adalah gerakan air yang cenderung besar atau keras, memaksakan diri untuk menerobos, hal yang menyalahi tatanan kehidupan “Memaksakan kehendak”

BACA :  Hasil Jepretan Nikon D3000

Contoh :

Kami tidak berani menyeberangi sungai itu, karena arusnya sangat deras sekali.

Makna Aliran

Aliran adalah gerakan air yang cenderung lembut, sesuai dengan iramanya, tidak memaksakan diri untuk terus bergerak, jika tidak ada tempat yang lebih rendah lagi.

Contoh:

Di pegunungan itu banyak sekali aliran sungai yang jernih menuju ke desa ini.

Kehidupan itu berjalan se-irama, antara manusia dan alam, harmoni yang indah jika kita mampu menyatukan hati kita dengan alam.

Arus modernisasi telah mengajak kita ke era, dimana kita ibarat buih ditengah lautan yang terombang-ambing oleh ombak laut, yang tidak menentu arahnya.

Kita diajak berfikir secara realistis, cermat dan sigap terhadap perubahan sekecil apapun itu, namun tidak mengorbankan keselarasan kita dengan alam.

BACA :  Harga OTR Mazda Balikpapan 085246753580

Arus yang deras, jangan sampai membuat kita harus berpegang erat pada kayu rapuh, yang sewaktu-waktu bisa mengantar kita menuju pusaran gelombang, yang menghancurkan apapun yang ada di sekitarnya.

Filosofi Air

Air adalah unsur terkuat di bumi. Ia mampu memadamkan apapun. Dalam jumlah yang cukup, panas bumi pun bisa di padamkan nya. Ia bersifat lembut, lentur namun amat perkasa.

Kekuatan tertinggi tidak datang dari sikap garang, atau marah, melainkan dari kelembutan, seperti air. Sikap lembut berarti menerima apapun yang terjadi, tanpa memilih. Dari keterbukaan total semacam itu, lahirlah rasa welas asih dan kebijaksanaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *