Pengalaman Bersama BPBD Kutim di KRU Samarinda

oleh -816 views
oleh
Pengalaman Bersama BPBD Kutim di KRU Samarinda

PURJIANTO.WEB.ID, Pengalaman bersama BPBD Kutim di KRU Samarinda. Kemarin, tepatnya hari Kamis, (7/10/2021), saya diajak Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kutai Timur bang Awang Ari Jusnanta untuk meliput kegiatan lomba yang diadakan oleh Dinas Kehutanan Kalimantan Timur, di Kebun Raya Unmul Samarinda.

Sebagai seorang jurnalis, tentu harus totalitas meliput dalam situasi apapun. Ada hal yang seru saat melakukan peliputan tersebut.

Awal cerita dimulai dengan keberangkatan dari Sangatta menuju Kota Samarinda. Kami menggunakan mobil Dinas BPBD Kutim yang di kendarai Arif anggota BPBD.

Sesampainya di Samarinda, kami menginap di Guest House “Kenongo” yang berada di Jalan Sutomo dan tim beristirahat disana. Esok paginya, usai sarapan kami meluncur menuju Kebun Raya Unmul Samarinda dan tempat berkumpulnya para peserta di tempat yang sudah ditentukan oleh panitia, untuk persiapan dan tugas yang akan diberikan oleh panitia untuk peserta.

Pengalaman Bersama BPBD Kutim di KRU Samarinda

Targetnya sesuai dengan kegiatan tersebut, yaitu, mencari titik api dengan panduan aplikasi Lembuswana, yang mana aplikasi itu akan memberikan informasi seputar titik api (hot spot) dengan koordinat yang telah ditentukan panitia lomba.

Dari BPBD Kutim menurunkan satu regu dengan lima personil di backup oleh Kepolisian dan saya menjadi jurnalis yang mengikuti kegiatan tersebut.

Setiap peserta, harus mampu menguasai peralatan seperti GPS dan berbagai alat untuk memadamkan api.

Walau hanya simulasi, namun keseriusan tim dapat terlihat dari antusiap mereka dalam mencari titik api yang ada di koordinat GPS mereka.

Keseruan tersebut, dimulai saat tim mulai mencari koordinat dengan memotong jalur (kompas) agar lebih dekat dengan sasaran yang telah ditentukan.

Berbagai kemungkinan telah diperhitungkan tim, mulai hembusan angin hingga medan yang dihadapi saat itu.

BACA :  Lebaran tahun 2017 di Kalimantan Timur

Maklum, tim yang rata-rata dari luar Kota Samarinda harus banyak melihat dan memahami situasi. Sebab, tempat lomba tersebut bukan medan di tempat mereka biasa menjinakkan api.

Karhutla (Kebakaran hutan dan lahan) memang kerap terjadi di Kalimantan Timur. Selain itu, bencana alam seperti banjir dan longsor pun sudah tidak asing lagi. Berbeda dengan diluar Kalimantan. Di Kalimantan, dari data yang diperoleh dari BPBD, tidak ada bencana alam gempa. Namun, ada Sebagian efek dari gempa tersebut. Sebut saja, saat gempat Palu beberapa waktu silam.

Tim dari BPBD Kutai Timur, memulai aksinya dengan pencariaan koordinat hot spot dari aplikasi Lembsuana. Dengan memotong kompas, tim berharap akan lebih dekat dengan sasaran.

Medan yang lembab dan licin, serta genangan air, lumpur dan duri yang tajam menjadi tantangan tersendiri bagi tim.

Untuk mencapai sasaran, hampir semua yang ada didalam tim termasuk saya harus tergores duri rotan dan terperosok kedalam kubangan lumpur hingga lutut.

Tak hayal, sepatu dan celana yang tadinya bersih menjadi basah bercampur lumpur. Jejak binatang babi pun banyak kami jumpai ditengah-tengah perjalanan tersebut.

Bermodalkan GPS, akhirnya tim mampu menembus belantara Kebun Raya Unmul Samarinda dengan penuh keringat.

Kami sempat berpikir, jika tim dari BPBD Kutim menjadi tim terakhir yang berhasil menemukan titik api. Ternyata, ada beberapa tim yang tidak juga mendapatkan pita sebagai tanda keberhasilan mencari titik koordinat tersebut.

Bahkan, ada tim yang tidak menemukan target, ada juga yang salah mengambil pita yang memang sama panitia sudah diberi nomor sesuai dengan nomor urut peserta.

Dalam survival tersebut, bang Raden Irawan Prasetya Kabid Rekontruksi dan Rehabilitasi BPBD Kutim menjadi pendamping kami selama lomba. Harapan menjadi juara satu pun terlontar, saat saya wawancarai usai perlombaan tersebut usai.

BACA :  Indahnya Masa Kuliah

“Harapan kita harus menjadi juara satu, karena kita sesuai dengan target yang dilombakan. Sebab, banyak peserta yang tidak selesai dengan baik saat perlombaan tersebut. Contohnya, salah dalam pengambilan pita dan bahkan ada yang tidak menemukan titik koordinat,” tuturnya saat sesi wawancara.

Usai kegiatan tersebut, bang Nanta dan bang Irawan mengajak seluruh anggota tim serta tim support untuk melihat-lihat Kota Samarinda. Tentu menjadi hal yang kita nantikan untuk merelaksasi badan dan mata.

Bigmall menjadi sasaran pertama kita, sambal menikmati secangkir moccacino hangat dan kentang goreng diemperan Bigmall Samarinda.

Resto Cabe Merah yang ada didalam Bigmall menjadi target kedua untuk mengisi perut yang sudah mulai teriak. Menu tongseng sapi, menjadi pilihan utama saya dan segelas jeruk hangat penambah imun tubuh yang seharian menjelajah Kebun Raya Unmul Samarinda.

Setelah selesai mengisi tenaga, kami lanjut bernyanyi di salah satu KTV Bersama tim hingga larut malam.

Kisah perjalanan siang tadi, menjadi menu utama saat kami berkumpul di Guset House yang terletak di Jalan Sutomo, Samarinda.

Tak terasa, jam di dinding menunjukkan pukul 02.00 WITA, satu persatu rekan mulai undur diri untuk mengistirahatkan badan termasuk saya.

Mungkin factor Lelah, pukul 08.00 WITA baru bangun dan badan mulai ada sedikit perubahan. Kaki agak kaku dan luka goresan duri rotan mulai terlihat jelas.

Usai mandi, bang Irawan mengajak kami untuk sarapan Soto Banjar yang terletak di Jalan Kadrie Oening yang konon, menjadi makanan favorit di Kota Samarinda.

BACA :  Bosan Jadi Karyawan, Pak Widodo Beralih Menjadi Peternak

Selesai sarapan, kami pun mulai berkemas dan yang menjadi poin terpenting bagi saya Ketika pulang dari luar kota adalah oleh-oleh untuk kedua jagoan yang dari kemarin menanyakan kapan papi (sebutan mereka ke saya) pulang ke Kota Tercinta.

Kue menjadi oleh-oleh favorit mereka, untuk istri nomor dua kalau soal makanan. Pukul 12.00 WITA, kami menuju kota Sangatta.

Didalam mobil, pak Asri menjadi teman ngobrol dari dunia politik hingga hiburan beliau kuasai semua. Canda tawa menjadi hiburan tersendiri di dalam mobil yang kami kendarai.

Sampai di Sangatta, sesuai jam yang ada di Smartphone saya menunjukkan pukul 19.34 WITA dan kantor BPBD Kutim menjadi tempat berkumpul sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Usai berkemas, saya langsung menuju rumah. Dan hal yang saya tunggu-tunggu adalah saat kedua jagoan membukakan pintu.

Rasa Lelah selama keluar-masuk hutan dan penat selama perjalanan terobati dengan senyuman mereka. Kue yang saya bawa pun langsung menjadi rebutan mereka berdua. Anak pertama saya umur 9 tahun dan yang kedua berumur 2 tahun.

Kalau soal makanan mereka kompak tidak mau saling ganggu, tapi kalau soal mainan mereka jarang akur. Yang kakak tidak mau mengalah, yang adik suka ganggu kakanya. Hiburan tersendiri bagi saya dan istri Ketika berkumpul dirumah.

Dari apa yang saya dapat saat meliput lomba di Samarinda tersebut, kekompakan tim sangat penting, terlebih lagi untuk mengatasi bencana alam.

Jangan pernah menganggap sepele hal kecil yang mungkin bisa berakibat fatal bagi banyak orang.

Pengalaman yang tidak bisa saya lupakan Bersama BPBD Kutim. Bravo untuk kalian dan tetap semangat menjadi bagian penting dalam masyarakat, khususnya Kabupaten Kutai Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *